Gempa lagi,Warga jadi Trauma


PADANG,Baru beberapa bulan hilang dari ingatan warga, pada Rabu (23/12) sekitar pukul 08.13 WIB Gempa kembali membuat warga trauma. Kejadian gempa 30 September lalu itu kembali membuat warga cemas dan menjadi momok menakutkan bagi warga.

Gempa yang mengguncang pada saat jalan lintas Pariaman-Lubuk Alung sudah mulai padat dilalui kendaraan pagi itu, cukup kuat dirasakan getarannya di Kabupaten Padangpariaman, meski berdasarkan informasi, gempa tersebut terjadi cukup jauh yakni di Utara Pulau Siberut dengan kekuatan 6,1 SR. Sontak akibat guncangan yang hanya berselang beberapa detik itu membuat warga berhamburan keluar rumah. Seperti yang terlihat lewat pantauan  di Nagari Sintuk Toboh Gadang Kecamatan Sintuk Toboh Kabupaten Padang pariaman .

Rata-rata mereka yang berhamburan adalah mereka-mereka yang tinggal didalam rumah yang masih bisa dipakai dan ditempati. Namun, tidak demikian dengan warga yang tinggal didalam rumah-rumah darurat. Sembari berhamburan beberapa orang warga sempat mengucap dan berteriak cukup keras.

Nia, salah seorang warga berusia 40 tahun dengan nada gemetaran mengaku trauma dan takut jika kejadian G30S (Gempa 30 September) terulang lagi. Nia tak dapat membayangkan jika kejadian itu kembali menimpa. "Indak talok wak lai do jo gampo gadang ko, namuah tangga jantuang wak dek e," akunya lirih.

Nia yang rumahnya mengalami retak-retak, pada saat gempa 30 September lalu, mengaku cemas jika rumah tersebut kembali retak setelah tidak berapa lama ia baru selesai memperbaikinya dengan cara menambal dan menyemen kembali bagian-bagian yang retak tersebut. "Kok ratak lo baliak, kajoa kadipelok an lai," katanya.

Dia mengaku saat ini tidak lagi memiliki uang, apalagi untuk memperbaiki rumah disebabkan uangnya telah terpakai untuk memperbaiki rumahnya tersebut. "Pitih ndak ado lai, untuak makan antah kasusah kini. Jan lah diguncang gampo jo lai," tandasnya.

Hal senada diakui Lisa. Wanita beranak 2 ini langsung memboyong anak-anaknya yang masih tergolong balita itu keluar rumah mencari tempat yang aman jauh dari bangunan. Ia takut kalau-kalau akibat gempa tersebut, akan meruntuhkan rumah darurat semi permanen yang telah selesai dibangunnya seminggu yang lalu. Selama gempa, kedua anaknya dipegang dengan erat. Dalam genggamannya satu dari 2 anaknya terus menangis.

"Ibo wak caliak anak ko. Kok awak se lai bisa lari kalua rumah. Untuang nan ketek ko langsuang wak larian kalua. Nan abangnyo ko langsuang lo wak egang se kalua," katanya.

Apa yang dirasakan Lisa sama dengan yang dirasakan oleh Nia. Lisa mengaku tidak menginginkan lagi terjadi peristiwa 30 September lalu. Peristiwa yang telah meninggalkan trauma mendalam bagi dirinya, membuat gempa menjadi momok menakutkan baginya. "Takuik bana wak kini jo gampo ko," akunya.

Kecemasan tak saja dirasakan oleh mereka-mereka yang telah dewasa. Guncangan gempa yang terjadi pagi itu juga membuat cemas anak-anak. Mereka memekik, dan menangis ketika guncangan itu terasa cukup kuat pagi itu.

Putra, anak berusia 5 tahun yang sempat menangis saat gempa terjadi mengaku takut dan cemas. Putra trauma dengan kejadian gempa 30 September lalu ketika melihat sebagian besar rumah warga disekitar tempat tinggalnya tersebut runtuh satu persatu. Apa yang dilihatnya pada 30 September lalu membuatnya terus ingat dengan kejadian itu. "Takuik wak da," katanya sembari terpana.

Meski guncangan gempa cukup kuat dirasakan ketika tidak berada di kendaraan, berdasarkan pantauan Padang Ekspres, kendaraan yang melintas di kawasan itu terlihat bingung ketika warga berhamburan keluar rumah. Memang saat gempa terjadi, ketika berada diatas sepeda motor dan didalam mobil guncangan gempa tidak dirasakan. Seperti yang diutarakan oleh salah seorang pengendara sepeda motor, Buyuang yang sempat berhenti ketika melihat para warga berlarian keluar rumah sambil berteriak mengaku bingung melihat hal tersebut. Buyuang mengaku tidak merasakan apa-apa ketika ia melaju dengan kendaraanya. "Ado apo tu?. Gampo? Indak taraso dek wak do," katanya bingung mendengar penjelasan salah seorang warga sekitar.

Dilain sisi, dari pantauan Padang Ekspres, langit di Kabupaten Padangpariaman pada pagi itu sebelum gempa terjadi cukup terlihat mendung. Tanda yang dapat dilihat pagi itu setidaknya sedikit seperti kondisi langit dan cuaca pada saat gempa 30 September lalu.

Komentar

Postingan Populer