Markisa Solok terancam Punah

SOLOK---Buah markisa nan manis yang berkembang di Kabupaten Solok sebagai salah satu daya tarik untuk daerah terancam punah. Di tingkat petani, produksi buah tersebut menurun drastis. Lahan yang dulu luas digunakan untuk membudidayakan markisa pun mulai diganti dengan jenis tanaman lain. Alasan penggantian areal itu tak lain, karena tidak lagi menjanjikannya buah markisa tersebut sebagai sumber pendapatan keluarga.

Baharudin Bilal, 55, salah seorang petani markisa di Jorong Rimbodata, Nagari Sungainanam, Kecamatan Lembahgumanti, mengatakan, kini jumlah lahan pertanian markisa secara umum di Kabupaten Solok atau di Kecamatan Lembahgumanti hanya lima persen dari jumlah lahan semula. Kini, total lahan yang tersedia tidak lebih dari 17,5 hektar.

"Dulu jumlah luas lahan pertanian markisa itu mencapai 350 hektare. Hasil buah yang dapat diambil petani setiap minggu mampu mencapai 15 hingga 16 truk perminggu," kata Ketua Kelompok Tani Dorce Kembang Sari itu.

Satu truk markisa dapat memuat 4,5 ton buah. Jadi kalau satu minggu mencapai 15 truk, maka total produksi markisa tersebut diperkirakan berjumlah 68 ton per hari. Sedangkan kini, jumlah produksi buah markisa hanya mencapai dua truk per minggu atau 9 ton. Jumlah tersebut diyakini Baharuddin sangat minim sekali.

Dikatakanya, semasa kejayaan buah markisa, petani dapat mengekspor buah yang dikembangkan dari Pare-pare, Provinsi Sulsel itu. petani mampu membeli truk sebagai alat angkut markisa yang dikirim ke luar daerah. Daerah tujuan pemasaran itu, selain di daerah sendiri juga meliputi provinsi lain atau tetangga, seperti dipasarkan ke Pekanbaru, Riau, Bandung, Tasikmalaya, Jawa Barat Bogor, Banten, dan sekitar DKI Jakarta.

"Kini semua itu tinggal kenangan saja. Buah markisa segar yang berkualitas segar itu jumlahnya tidak banyak lagi. Sehingga petani pun kelimpungan mencari solusi untuk mengatasi masalah buah markisa yang terus mengecil, "katanya.

Selain kualitas buah yang jauh menurun, lanjut Baharudin, tanaman markisa terus mengalami kematian setiap batangnya. Bahkan matinya satu batang markisa juga berdampak kepada buah markisa lainnya. Akibatnya banyak lahan tanam markisa mengalami gagal tanam.

Menyikapi hal demikian, Baharudin yang juga Kepala Jorong Rimbodata itu, menyayangkan sikap pemerintah dari instansi terkait yang tidak ada memberikan pembinaan kepada petani markisa untuk mengantisipasi banyaknya lahan tanam markisa yang rusak.

"Penyuluh yang diharapkan itu tidak ada. Kami berbuat sendiri," keluh Baharudin.

Setali tiga uang, rusaknya lahan tanaman markisa membuat para petani mengganti lahan tanaman markisa ke lahan tanaman holtikultura lainnya, seperti bawang, cabai, daun bawang, kubis dan tanaman lainnya. Bahkan tanaman itu saat ini menjadi penompang hidup para petani.

"Mestinya pihak terkait, seperti Dinas pertanian, BPTP, Balitbu atau yang lainnya mencarikan solusi agar tanaman markisa dapat dipertahankan. Jangan sampai buah markisa ini menjadi kenangan nantinya," tandasnya.

Komentar

Postingan Populer